CUSHING SYNDROME
A.
PENGERTIAN
Cushing Syndrome adalah sekumpulan gejala dan tanda
klinis akibat meningkatnya kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah. Pada
tahun 1932 Harvey Cushing pertama kali melaporkan sindrom ini dan menyimpulkan
bahwa penyebab primer sindrom ini adalah adenoma hipofisis, sehingga penyakit
ini disebut penyakit Cushing (Cushing disease).
Cushing Syndrome adalah suatu keadaan yang diakibatkan
oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah
yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemberian dosis farmakologik senyawa – senyawa glukokortikoid. (Sylvia A.
Price; Patofisiologi, Hal 1088)
B. PREVALENSI
Prevalensi
sindroma Cushing diperkirakan 1:10.000 di antara populasi
perempuan dan 1:30.000 di antara populasi laki-laki.
(Yeti hernaningsih, Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 1, Nov 2005: 23-30)
C. KLASIFIKASI
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2
jenis:
1. Tergantung
ACTH hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH
kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh
oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai
penyakit cushing.
2. Tak
tergantung ACTH adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu
terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak
jelas apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan
pelepasan CRH (Corticotropin Releasing Hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia
A. Price; Patofisiologi. hal 1091)
Sumber :
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi 2. Jakarta : EGC.
D.
ETIOLOGI
DAN FAKTOR RISIKO
Hiperkortikolisme
iatrogenik ( akibat medikasi ) menempati urutan pertama karena frekuensi
pengobatan yang sering menggunakan glukokortikoid dosis tinggi. Hipersekresi
kortisol dapat disebabkan oleh tumor atau hiperplasia adrenal yang berakibat
overproduktif ACTH. Tumor adrenal bertanggung jawab pada 30% kasus cushing
syndrom. Sebagian besar ( 85%) adalah jinak, tetapi 15% adalah ganas. Ada dua
sumber sekresi berlebih dari ACTH.
§ Hipersekresi
hipofisis atau tumor hipofisis, yaitu sebuah tumor jinak baik itu adenoma
basofilik sel kecil atau adenoma kromofob sel besar yang menyebabkan sekitar
70% cushing syndrom. Tumor kelenjar hipofise menghasilkan ACTH dalam jumlah
yang berlebihan sehingga menyebabkan kelebihan glukokortikoid disebut sebagai cushing disease.
§ Sekresi
ektopik ACTH (Syndrom ACTH ektopik) Tumor ektopik yang menghasilkan hormon
ACTH. Tumor ini jarang terjadi, dimana tumor terbentuk pada organ yang tidak
memproduksi ACTH atau di luar kelenjar hipofisis, kemudian tumor menghasilkan
ACTH dalam jumlah berlebihan. Tumor yang sering menghasilkan sekresi ACTH di
luar hipofisis adalah karsinoma sel paru sebesar biji, karsinoma sel
pankreatik, tumor karsinoid paru, usus, timus dan ovarium.
Cushing
syndrom iatrogenik, bentuk lain dari penyakit, berasal dari eksogen (aslinya
dari luar tubuh, misal dari suplementasi obat ), pemberian glukokortikoid
sintesis dalam jumlah di atas kondisi suprafisiologi ( Joice M Black &
Hawson Jane, 2014)
E. MANIFESTASI
KLINIS
Stigma
tradisional cushing syndrome adalah peningkatan berat badan yang secara khas
terwujud sebagai obesitas sentral dengan redistribusi lemak tubuh bagian
trunkal, serta tampilan lemak doservikal dan supraklavikular, dan tampilan
wajah klasik moon face. Edema, mudah memar, kulit tipis, striae,
miopati, osteoporosis, dismenore, ginekomastia, dan kelemahan otot (terutama
pada bagaian proksimal) dapat terjadi. Luka
pasien sulit sembuh dan lebih mudah mengalami infeksi serta penyakit-penyakit
atherosklerotik, hipertensi, dan resistensi insulin. Efek psikologis juga dapat
terjadi cukup berat meliputi depresi, psikosis, dan demensia.(CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT. CDK.224/vol. 42 no.
1, th 2015 )
Gejala
|
Tanda
|
Penyerta
|
Depresi
|
Mudah memar
|
Hipertensi
|
Fatique
|
Acne
|
Osteoporosis vertebral
|
Berat badan naik
|
Kelemahan otot proksimal
|
Diabetes tipe 2
|
Nyeri punggung
|
Striae
|
Hipokalemia
|
Perubahan nafsu makan
|
Lemak dorsoservikal
|
Batu ginjal
|
Penurunan konsentrasi
|
Wajah tampak bulat
|
Sering infeksi
|
Penurunan libido
|
Obesitas
|
Massa pada adrenal
|
Penurunan daya ingat (terutama jangka pendek)
|
Gangguan pertumbuhan serta perkembangan seksual
|
|
Insomnia
|
Hirsustisme dan kebotakan
|
|
Iritabilitas
|
Gangguan penyembuhan luka
|
|
Dismenore
|
Kult tipis
|
|
Pertumbuhan terhambat
|
Tubuh pendek
|
Tanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk :
·
Kelelahan
yang sangat parah
·
Otot-otot
yang lemah
·
Tekanan
darah tinggi
·
Glukosa
darah tinggi
·
Rasa
haus dan buang air kecil yang berlebihan
·
Mudah
marah, cemas
·
Punuk
lemak (fatty hump) antara dua bahu
(National
Endocrine and Metabolic Diseases Information Service, 2008)
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa darah, natrium,
kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain itu, dilakukan juga pengambilan
sampel urin untuk mengetahui kadar kortisol plasma.
Pengukuran
kadar kortisol bebas dilakukan dalam 24 jam dan pengumpulan urin 24 jam untuk
memeriksa kadar 17-hidroksikortisteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan
metabolit kortisol dan androgen dalam urin. Pada sindrom cushing, kadar
metabolit ini dan kadar kortisol plasma akan meningkat.
Indikator
sindrom cushing lainnya yaitu terjadinya peningkatan kadar natrium, glukosa
darah, penurunan kadar kalium serum, penurunan jumlah sel-sel eosinofil dan
menghilangnya jaringan limfoid.(Buku
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2)
b.
Pemeriksaan Supresi Deksametason
Test
supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing
apakah dari hipofisis/adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan
kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya.(Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2)
Tes
supresi deksametason dapat membantu menegakkan diagnosis sindroma Cushing. Tes
ini untuk menilai apakah mekanisme
umpan balik glukokortikoid-ACTH masih baik. Penderita dengan
sekresi ACTH atau kortisol tinggi resisten terhadap supresi deksametason. Tes
dilakukan dengan memberikan
1 mg deksametason pada tengah malam selanjutnya kortisol plasma
diukur pada jam 8 pagi. Dosis deksametason ini cukup untuk menekan sekresi ACTH
atau kortisol pada orang normal, tetapi tidak berlaku pada penderita sindroma
Cushing. Pada orang normal kadar kortisol akan tertekan hingga < 5 μg/dl sedangkan pada penderita
sindroma Cushing kadarnya > 5 μg/dl bahkan sering > 10 μg/dl.
Kadar
ACTH dapat digunakan untuk membedakan penyebab sindroma Cuhing, tergantung ACTH
atau tidak tergantung ACTH. Sebagian besar tumor adrenal (tipe tidak tergantung
ACTH) menyebabkan kadar ACTH rendah atau tidak terukur. Apabila kadar yang terukur < 10 pg/ml berarti sindroma Cushing
tidak tergantung ACTH, antara 10–20 pg/ ml berarti indeterminate dan tes harus
diulang. Apabila kadarnya
> 20 pg/ml berarti sindroma Cushing tergantung ACTH.(Yetti Hernaningsih, Sidarti Soehita.
Sindroma Cushing Pada Kehamilan. Indonesian Journal Of Clinical
Pathology And Medical Laboratory. Vol. 12. No. 1 November 2005)
c.
Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal atau mendeteksi tumor
pada kelenjar adrenal.(Buku Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2)
CT
scan atau MRI pada hipofisis bisa menunjukkan adanya adenoma, atau CT scan
dengan hasil yang abnormal bisa mengungkapkan adanya lesi adrenal.(Buku Kedokteran Klinis David Rubenstein dkk
Ed. 6)
G. PENATALAKSANAAN
1. Pituitary Adenoma
Pengobatan
yang paling banyak digunakan adalah operasi pengangkatan tumor, dikenal sebagai
transsphenoidal adenomektomi. Menggunakan mikroskop khusus dan instrumen,
pembedahan kelenjar pituitari melalui lubang hidung. Keberhasilan, atau
penyembuhan, tingkat dari prosedur ini adalah lebih dari 80% bila dilakukan
oleh seorang ahli bedah dengan pengalaman yang luas. Jika operasi gagal,
operasi dapat diulang, seringkali dengan hasil yang baik.
Setelah
operasi pituitari kuratif, produksi ACTH dua tingkat di bawah normal. Penurunan
ini wajar dan bersifat sementara, dan pasien diberi hydrocortisone atau
prednisone untuk mengkompensasi kortisol. awalnya dengan dosis 40 mg saat
bangun di pagi hari, dan 20 mg pada jam 5-6 sore ini merujuk ke dosis
penggantian rutin setelah beberapa hari, sesuai kondisi pasien. Kebanyakan
orang bisa berhenti terapi penggantian ini dalam waktu kurang dari 1 atau 2
tahun, tetapi beberapa harus seumur hidup.
Jika
operasi transsphenoidal gagal , terapi radiasi adalah pengobatan alternatif.
Radiasi ke kelenjar pituitari diberikan selama periode 6 minggu, dengan
peningkatan yang terjadi pada 40-50% dari orang dewasa dan sampai 85%
anak-anak. teknik lain, yang disebut stereotactic radiasi radiosurgery atau gamma
knife digunakan untuk mencegah tumor hipofisis lokal invasif melebihi struktur,
dapat diberikan perawatan dosis tinggi tunggal beberapa bulan atau tahun
sebelum orang merasa lebih baik dari pengobatan radiasi saja. Menggabungkan
radiasi dengan obat penghambat kortisol dapat membantu mempercepat pemulihan.
2. Obat
yang digunakan dalam kombinasi untuk mengontrol produksi kelebihan kortisol
adalah ketoconazole, Mitotane, aminoglutethimide, dan metyrapone.
·
Metyrapone
Metyrapone digunakan
dalam perawatan, kontrol, pencegahan, dan perbaikan penyakit, kondisi dan gejala
diagnosis insufiensi adrenal. Metyrapone meningkatkan kondisi pasien dengan
menghambat produksi kortisol dan kortikosteron berlebih.
Metirapon adalah
inhibitor short-acting sintesis kortisol dengan onset cepat tindakan. kadar
kortisol serum jatuh dalam empat jam dari dosis awal dan perawatan diperlukan
untuk menghindari overtreatment. Dosis awal rutin adalah 250 mg tiga kali per
hari dengan penilaian ulang dari tingkat kortisol 72 jam kemudian dan dosis
titrasi sesuai sampai tingkat kortisol rata-rata antara 150 dan 300 nmol / l
(5,5-11mg / dl) tercapai. Pada pasien dengan hypercortisolaemia parah hingga 8
g/hari dalam 3-4 dosis terbagi mungkin diperlukan. Keterbatasan utama dari
metyrapone adalah pada wanita sebagai akumulasi kortisol prekursor hasil
androgen tinggi yang sering dimanifestasikan sebagai hirsutisme dan jerawat.
Meskipun tingkat prekursor mineralokortikoid yang ditinggikan, hipokalemia,
hipertensi dan edema tidak masalah, karena manfaat dari tingkat kortisol yang
beredar lebih rendah. pada pasien dengan penyakit Cushing yang tergantung pada
hipofisis, tingkat ACTH meningkat tetapi tidak ada bukti bahwa hasil ini di
tachyphylaxis. Dosis Metyrappone
750-8,000 mg hypoadrenalism harian. Efek samping: mual, nyeri perut,
hirsutisme, jerawat.
·
Ketoconazol
Ketokonazol adalah turunan imidazol dikembangkan sebagai agen antijamur
oral yang menghambat kolesterol, steroid seks dan sintesis kortisol dengan
bertindak pada enzim lyase 11β-hidroksilase
dan C17-20 . Ini adalah agen yang paling sering digunakan dalam pengobatan
sindrom Cushing dengan menghambat steroidogenesis. Ketokonazol 400-1,200 mg
sehari onset lambat dari tindakan. Efek samping: mengganggu gastro-intestinal,
ruam, normal LFT, ginekomastia dan mengurangi libido pada pria
·
Mitotane
Dosis Mitotane 500-4,000 mg sehari titrasi dosis bertahap. Menghindari
kehamilan hingga lima tahun setelah menghentikan obat, dosis menjadi 200 mg dua
kali sehari. Berbeda dengan metirapon yang dapat mengambil beberapa minggu
untuk melihat manfaat penuh dari penyesuaian dosis dan ada risiko kurang lebih
pengobatan dan hypoadrenalism. Dengan waktu yang efektif untuk mengendalikan
gejala sindrom Cushing dan pada wanita sifat antiandrogenic nya adalah baik
tetapi pada pria, ginekomastia dan mengurangi libido telah dilaporkan. Efek
samping yang paling umum adalah gangguan gastrointestinal dan ruam kulit,
tetapi disfungsi enzim hati dapat terjadi sampai dengan 10% kasus, yang jarang
terjadi gagal hati akut dan kematian. Ketokonazol memiliki manfaat tambahan
mengurangi total kolesterol dan LDL kolesterol .
3.
Sindrom ACTH ektopik
Untuk
menyembuhkan kelebihan produksi kortisol yang disebabkan oleh sindrom ACTH
ektopik, semua jaringan kanker yang mensekresi ACTH harus dihilangkan. Pilihan
pengobatan kanker dengan operasi, radiasi, kemoterapi, imunoterapi, atau
kombinasi dari perawatan, tergantung pada jenis kanker dan seberapa jauh ia
telah menyebar. Karena tumor ACTH mensekresi mungkin kecil atau luas pada saat
diagnosis, membuat mereka sulit untuk menemukan dan mengobati secara langsung, obat
kortisol penghambat adalah bagian penting dari pengobatan. Dalam beberapa
kasus, jika pengobatan lainnya gagal, operasi pengangkatan kelenjar adrenal,
yang disebut adrenalektomi bilateral, dapat menggantikan terapi obat.
4. Tumor Adrenal
Pembedahan
adalah andalan pengobatan untuk tumor jinak dan kanker kelenjar adrenal.
Penyakit berpigmen utama mikronodular adrenal dan Carney kompleks mewarisi
tumor utama dari jantung yang dapat menyebabkan aktivitas berlebih endokrin dan
sindrom Cushing memerlukan operasi pengangkatan kelenjar adrenal.
5.
Bilateral Laparoskopi adrenalectomy
Bilateral
adrenalectomy laparoskopi merupakan pilihan pengobatan yang sangat baik untuk
pasien dengan sindrom ACTH setelah operasi pituitari gagal atau ketika sumber
ACTH tidak dapat direseksi pada pasien dengan sindrom ACTH ektopik.
Adrenalektomi bilateral berhubungan dengan cedera jaringan jauh lebih sedikit
pada pasien yang immunocompromised. Keuntungannya adalah visibilitas yang lebih
baik dari bidang bedah, sehingga menurunkan risiko sisa-sisa dipertahankan dan
jaringan sisanya adrenal.
Sumber
:
·
(Contemporary Endrocinology Cushing’s
Syndrome “Pathophysiology, Diagnosis and Treatment” Editor by Marcello
D., Division of Endocrinology and Metabolism., dkk. New York: LLC 2011).
·
(NIDDK., Cushing’s Syndrome. U.S.
DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES National Institutes of Health. 2008.)
H. KOMPLIKASI
a) Steroid Dementia Syndrome
Pajanan
glucocorticoid jangka panjang menyebabkan Cushing Syndrome. Salah satu
komplikasinya adalah defisit kemampuan kognitif yang dikenal dengan steroid
dementia syndrome. Reseptor glucocorticoid banyak terdapat di seluruh korteks
serebri, terutama hippocampus. Sebagai konsekuensinya, hippocampus lebih rentan
mengalami gangguan akibat kondisi hiperkortisol. Akibatnya terjadi gangguan
fisiologi dan struktural otak, yaitu penurunan volume kortikal (korteks) dan
hippocampus. Area kognitif yang mengalami penurunan, terutama adalah daya
ingat, atensi, dan kemampuan verbal.
Setelah
pasien kembali ke kondisi eucortisol, terjadi perbaikan struktural otak
disertai perbaikan gejala defisit kognitif. Akan tetapi, beberapa gangguan
kognitif tidak hilang sepenuhnya, terutama area daya ingat, atensi, dan
kemampuan verbal. Hal ini menandakan komplikasi steroid dementia syndrome tidak
sepenuhnya reversible.
b)
Cerebro-Vascular Disease (Stroke)
Salah
satu komplikasi dari adrenalectomy adalah terjadinya peningkatan koagulasi oleh
factor V (Proakselerin), factor VIII (antihemofilia) dan factor II
(prothrombin).Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh
darah dan jaringan yang berdekatan pada darah sehingga terjadi pembentukan aktivator
protrombin. Akibatnya adalah terbentuk tromboemboli yang dapat menghambat
aliran darah menuju otak sehingga terjadi Cerebro-Vascular Disease
c)
Bone Complication
Osteoporosis
dan fracture adalah komplikasi yang biasanya terjadi pada Cushing syndrome. Glukokortikoid
mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan menurunnya
kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai
akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot,
pembuluh darah, dan tulang. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan
menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur
patologis.
I. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan yang umum pada klien dengan cushing syndrome :
·
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan perubahan hormonal.
·
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
penyakit.
·
Risiko Jatuh.
Informasi mengenai
batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan dapat dilihat pada buku Nanda.
Untuk Kriteria Hasil dan Intervensi dapat dilihat pada buku NOC dan NIC.
Asuhan Keperawatan Cushing Syindrom disusun oleh Mahasiswa Tutor 301, Blok Sistem Endokrin, Angkatan 2015, S.1 Keperawatan, FIKES UPN "Veteran" Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar